Meganthropus Paleojavanicus
Secara harfiah berarti manusia purba dari Jawa yang berdiri tegak. Manusia purba ini memiliki rahang bawah yang sangat tegap dan gigi gerahamnya besar-besar dan memiliki otot kunyah yang sangat kokoh. Mukanya bertulang pipi tebal, tonjolan kening mencolok, tonjolan kepada belakang yang tajam, dan tidak terdapat dagu. Dilihat dari bentuk mulut dan gigi Meganthropus merupakan pemakan tumbuh-tumbuhan. Manusia purba ini di temukan oleh von Koenigswald di Sangiran pada tahun 1936.
Pithecanthropus
Pithecanthopus yang tertua ialah Pithecanthropus Mojokertensis yang ditemukan di Mojokerto pada tahun 1936 oleh von Koenigswald. Penemuan pertama ini berupa fosil anak-anak yang kurang lebih diperkirakan berumur 6 tahun. Hal ini didasarkan pada sendi rahang bawahnya. Volume otak atau tengkoraknya diperkirakan sekitar 650-1000 cc. manusia purba jenis P. Mojokrtensis inipun ditemukan pula di Sangiran. P. Mojokertensis diperkirakan hidup sekitar 2½ sampai dengan 1¼ juta tahun yang lalu.
Berikutnya ialah Pithecanthropus Erectus. Manusia purba ini ditemukan oleh Dubois, tepatnya di Trinil pada tahun 1891. Nama Erectus diberikan berdasarkan tulang paha yang diduga pemilihnya berbadan tegap. Selain di Trinil, P. Erectus pun ditemukan pula di Sangiran. Spesifikasi tubuhnya diperkirakan memiliki tinggi 160-180 cm dan memiliki berat 80-100 kg, dan berbadan tegap. Wajah P Erectus didominasi oleh tulang rahang yang menonjol kedepan, tonjolan kening di dahi, dagu tidak ada, mulut lebar, pipi menebal kedepan dan kesamping. Volume otak atau tengkorak diperkirakan 750-1000 cc.
Manusia purba yang telah dipaparkan sebelumnya hidup kira-kira pada masa plestosen awal dan tengah. Sedangkan manusia purba yang diup pada masa plestosen tengah hingga plestosen akhir dan hidup di jaman yang bersamaan dengan homo sapiens adalah Pithecanthropus Soloensis. P Soloensisi ditemukan di Sangiran, Sambungmacan, Sragen, Ngandong, Blora. Fosil pertama ditemukan di Ngandong, tepatnya ditepi Bengawan Solo pada tahun 1931 berupa dua buah atap tengkoraktulang dahi dan fragmen tulang pendingding.
Ciri-ciri P.Soloensis:
- Isi tengkorak rata-rata 1000-1300 cc,
- tengkorak lonjong, tebal dan massif, dengan perlekatan otot yang mencolok
- tonjolan kening masih cukup nyata,
- tinggi sekitar 165-180 cm,
- akar hidung lebar, rongga mata sangat panjang
P Soloensis lebih mirip dengan P. Pekinensis dari Chou Koe Sin, dekat
Disarikan dari Notosusanto, N, dan Poesponegoro, M. (1993). Sejarah Nasional Indonesia Jilid I. Jakarta: Balai Pustaka.
Maksud dari manusia pendukung
BalasHapus